Segera Bangkit |
Bahagian Kedua
Dalam bagian ini, kami tidak akan membahas seluruh syubhat yang ada di buku Mana Dalilnya 1,
sebab hal itu akan menghabiskan banyak waktu dan tenaga di samping
menjadikan buku ini tebal dan membosankan. Akan tetapi kami hanya
menjawab syubhat-syubhat yang kami nilai paling berbahaya dan menyesatkan.
Sekali
lagi kami mohon maaf bila ada sebagian tulisan yang agak tajam bagi
kalangan tertentu, tujuan kami hanyalah menjelaskan kebenaran yang kami
yakini dengan dalil-dalilnya. Dan seperti kata pepatah, “Siapa menebar angin pasti menuai badai“, alias siapa menebar syubhat yang menyesatkan, pasti menuai bantahan yang menyakitkan!
Masalah pertama: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya berbuat syirik??
Novel mengatakan bahwa sebenarnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak pernah khawatir
umatnya akan menjadi musyrik. Yang beliau khawatirkan adalah kita
terlalu mencintai dunia dan berlomba-lomba memperebutkannya. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنِّي لَسْتُ أَخْشَى عَلَيْكُم أَنْ تُشْرِكُوا وَلَكِنيِّ أَخْشَى عَلَيْكُمُ الدُّنْيَا أَنْ تَنَافَسُوهَا
“Sesungguhnya
aku tidak takut (khawatir) kalian akan menjadi musyrik (menyekutukan
Allah sepeninggalku nanti), akan tetapi aku takut (khawatir) kalian
akan berlomba-lomba memperebutkan dunia.” (HR. Bukhari, Muslim dan Ahmad) [1].
Saya katakan:
Sungguh aneh caranya berdalil … Bagaimana dia bisa berpemahaman seperti
ini? Apakah ia hendak mengimani Islam secara parsial, alias mengambil
yang cocok dengan seleranya lalu meninggalkan yang tidak demikian?
Ataukah dia memang benar-benar jahil terhadap agama ini, hingga berani
menulis kata-kata yang amat berbahaya yang intinya menganggap remeh
masalah syirik?! Apapun jawabannya, yang jelas perkataannya ini batil
dari dua sisi:
Pertama: Membasmi syirik adalah misi utama para Nabi dan Rasul
Allah Ta’ala tidak mengutus seorang Nabi pun melainkan membawa misi tersebut. Allah berfirman yang artinya, “Sungguh,
Kami telah mengutus seorang Rasul kepada tiap-tiap umat, agar (Rasul
tersebut) mengatakan: “Sembahlah Allah saja dan jauhilah thaghut” (An Nahl: 36)[2]. Demikian pula yang dikatakan oleh Nabi Nuh, Hud, Shaleh, Luth, Syu’aib, dan Nabi-nabi lainnya ‘alaihimus salam
yang terlalu banyak untuk disebutkan satu-persatu. Sebagai contoh,
silakan saudara baca Surat Al A’raf: 59-93, Asy Syu’ara: 69-77, Az
Zumar: 64-66 dan masih banyak lagi lainnya.
Bukti bahwa masalah syirik senantiasa menjadi fokus dakwah para Nabi terutama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, ialah ayat berikut yang merupakan perintah pertama dalam Al Qur’an,
يَا أَيُّهَا النَّاسُ اعْبُدُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ وَالَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
“Wahai sekalian manusia, sembahlah Allah (Rabb kalian) yang telah menciptakan kalian dan orang-orang sebelum kalian, agar kalian menjadi orang-orang yang bertakwa” (QS. Al Baqarah: 21).
Kemudian langsung diikuti dengan larangan menyekutukan Allah, yang juga merupakan larangan pertama dalam Al Qur’an:
الَّذِي
جَعَلَ لَكُمُ الْأَرْضَ فِرَاشًا وَالسَّمَاءَ بِنَاءً وَأَنْزَلَ مِنَ
السَّمَاءِ مَاءً فَأَخْرَجَ بِهِ مِنَ الثَّمَرَاتِ رِزْقًا لَكُمْ فَلَا
تَجْعَلُوا لِلَّهِ أَنْدَادًا وَأَنْتُمْ تَعْلَمُونَ
“Dialah
(Allah) yang menjadikan bumi sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai
atapnya. Dia menurunkan air (hujan) darinya kemudian mengeluarkan
dengannya buah-buahan sebagai rezeki bagi kalian. Maka janganlah kalian mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun sedang kalian mengetahui hal tersebut” (QS. Al Baqarah: 22).
Jika
kita perhatikan, sejak surat Al Fatihah hingga ayat tersebut tidak ada
ayat yang bernada perintah dan larangan secara tegas sebelumnya. Ini
menunjukkan betapa pentingnya masalah tauhid dan betapa berbahayanya
syirik.
Kemudian sebagaimana kita ketahui bersama, Nabi Ibrahim yang dijuluki khalilullah
(kekasih Allah) dan bapaknya para Nabi telah menghancurkan berhala
dengan tangannya sendiri. Namun demikian, beliau berdoa kepada Allah: “Jauhkanlah aku dan anak keturunanku dari menyembah berhala” (QS. Ibrahim: 35). Kalaulah Nabi yang sekaliber Ibrahim ‘alaihis salam
saja khawatir dirinya terjerumus dalam kemusyrikan, pantaskah
manusia-manusia yang lemah iman seperti kita merasa aman dari
kemusyrikan? Padahal beliau berdoa kepada Allah agar menjauhkan dirinya
beserta anak keturunannya –termasuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam — agar dijauhkan dari syirik??
Kedua: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam senantiasa memperingatkan umatnya dari syirik
Kalau ada yang mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam tidak khawatir umatnya menjadi musyrik sepeninggal beliau, maka dia adalah orang yang sangat bodoh terhadap ajaran beliau[3]. Bagaimana tidak, sedangkan dalam hadits disebutkan,
إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ الشِّرْكُ الأَصْغَرُ قَالُوا يَا رَسُولَ الله وَمَا الشِّرْكُ الأَصْغَرُ؟ قَالَ الرِّياَءُ
“Sesungguhnya
yang paling kutakutkan atas kalian ialah syirik kecil”. Mereka
bertanya, “Apakah syirik kecil tersebut wahai Rasulullah?” Jawab
Beliau, “Riya’ ”. (H.R. Ahmad dengan sanad yang shahih)[4].
Jika
riya’ (syirik kecil) yang hanya membatalkan amal tertentu saja beliau
takutkan, maka masuk akalkah jika beliau tidak mengkhawatirkan syirik
akbar yang membatalkan seluruh amal??
Dalil lain yang menunjukkan bahwa pemahaman si penulis adalah salah besar ialah hadits berikut:
لَا
تَقُوم السَّاعَة حَتَّى تَضْطَرِب أَلَيَات نِسَاء دَوْس حَوْل ذِي
الْخَلَصَة ، وَكَانَتْ صَنَمًا تَعْبُدهَا دَوْس فِي الْجَاهِلِيَّة
بِتَبَالَة
“Kiamat tidak akan bangkit hingga wanita-wanita
Daus tawaf mengelilingi Dzul Khalashah, yaitu berhala yang disembah
oleh Daus di masa Jahiliyah“. (H.R. Bukhari dan Muslim).[5])
Demikian pula sabda beliau berikut;
لاَ يَذْهَبُ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ حَتَّى تُعْبَدَ اللاَّتُ وَالْعُزَّى
“Malam dan siang tak akan hilang hingga Latta dan ‘Uzza disembah kembali” (HR Muslim).[6]
Hadits-hadits
diatas menunjukkan bahwa ada sebagian dari umat Beliau yang kembali
menjadi musyrik sepeninggal beliau. Demikian pula murtadnya sebagian
besar bangsa Arab pasca kematian Beliau, sebagaimana yang terjadi di
masa kekhalifahan Abu Bakar Ash Shiddiq radhiyallahu ‘anhu. Karenanya, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengabarkan hal tersebut agar kita waspada terhadap segala bentuk
syirik dan pintu-pintu yang mengarah kepadanya, dan ini membuktikan
bahwa Nabi tetap mengkhawatirkan terjadinya syirik pada umat beliau
sepeninggal beliau.
Lantas, apa maksud hadits yang pertama?
Mestinya
si penulis tidak gegabah dalam memahami hadits diatas hingga terkesan
meremehkan masalah syirik, akan tetapi mencari solusi lewat penjelasan
para ulama terhadap hadits tadi. Al Imam Abul Abbas Al Qurthuby dalam
penjelasannya mengatakan:
“Maksudnya; Beliau merasa aman bahwa
tidak mungkin sahabat beliau secara keseluruhan meninggalkan Islam dan
kembali kepada kesyirikan. Meski begitu, tidak berarti bahwa setiap
orang dari mereka terjaga dari kemusyrikan. Sebab beliau sendiri yang
mengabarkan bahwa ada di antara orang yang hidup bersama beliau yang
kemudian murtad sepeninggal beliau…. atau boleh jadi yang beliau
maksudkan adalah beberapa sahabat beliau secara khusus, yang
berdasarkan wahyu Allah beliau mengetahui kesudahan mereka, dan
bahwasanya mereka tetap berada di atas Islam hingga menghadap Allah
kelak… atau yang beliau maksudkan adalah bahwa kemusyrikan tidak akan
menguasai seluruh kaum muslimin. Dan pendapat yang paling kuat ialah
yang pertama”.[7]
-bersambung insya Allah-
Penulis: Ustadz Abu Hudzaifah Al Atsary, Lc
Mahasiswa Magister ‘Ulumul Hadits wad Dirosah Islamiyah Univ. Islam Madinah
Artikel www.muslim.or.id
[1] Mana Dalilnya 1, hal 38. Lihat hasil scan halaman tersebut pada lampiran.
[2] Yang dimaksud thaghut di sini ialah setiap yang rela diibadahi/disembah selain Allah Ta’ala.
[3]
Maaf jika saya harus menggunakan kata-kata yang kasar seperti ini,
sebab perkataan Novel di atas sangat berbahaya dan menyesatkan. Ia
tidak mungkin diucapkan kecuali oleh dua tipe manusia: orang yang
sangat bodoh terhadap Islam, atau orang berilmu yang ingin menyesatkan
orang lain. Tipe pertama membawa musibah, sedang tipe kedua membawa
malapetaka! Jadi, kami pilih baginya gelar yang paling ringan, yaitu:
orang yang sangat bodoh semoga dia insaf dan belajar lebih baik.
[4] Lihat Musnad Imam Ahmad 5/429, hadits no 23686. sanad hadits ini dihasankan oleh Ibnu Hajar dalam Bulughul Maram, hadits no 1396 dan dishahihkan oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah
(2/671). Hadits dengan lafazh serupa juga diriwayatkan oleh Ath
Thabarani dalam Al Mu’jamul Kabir dari sahabat Rafi’ bin Khadij. Al
Haitsami mengatakan bahwa seluruh perawinya tsiqah. Sanad hadits ini dinyatakan jayyid (baik) oleh Al Mundziri. Kesimpulannya; hadits diatas adalah hadits shahih (lihat Jam’ul Jawami’ oleh As Suyuthi, hadits no 802, 803 dan 892).
[5] Lihat Shahih Bukhari no 1344, dan Shahih Muslim no 2296 dan 3031. Daus adalah nama sebuah kabilah yang berasal dari Yaman.
[6]
Lihat Shahih Muslim no 2907. Makna hadits diatas ialah bahwa hari
kiamat tak akan bangkit hingga ada sebagian dari umat beliau yang
kembali menyembah berhala
[7] Lihat Al Mufhim lima asykala min talkhisi kitabi Muslim oleh Al Qurthuby 6/93-94, cet 3, th 1426/2005, Daar Ibnu Katsir, Damaskus-Beirut.
0 comments:
Posting Komentar